Selaindalam Al Qur’an, dorongan mencari ilmu kita dapatkan dalam serangkaian hadist Nabi saw sebagai berikut : Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina ; Carilah ilmu sejak dari buaian ibu sampai liang lahat (sepanjang hayat); Barang siapa wafat sedang mengembangkan ilmu untuk menghidupkan Islam, maka ia lebih berhak dari yang lain; Para
image The Spiritual Reborn, Dayah Sufimuda, Aceh Kamis/Jumat, 5/6 April 2018. Ilmu Ayunan dan Ilmu Liang Lahat Oleh Said Muniruddin اُطْلُبُوا العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلى اللَّحْدِ Artinya “Tuntutlah ilmu mulai dari ayunan hingga liang lahat.” BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Secara umum, hadis di atas dipahami sebagai sebuah pesan untuk belajar seumur hidup long life education. Sebenarnya lebih dari itu, hadis ini mencoba memberitau kita 2 kategori ilmu. Keduanya diminta oleh Nabi SAW untuk kita pelajari, secara bertahap. Dimulai dari ilmu yang bersifat “ayunan” mengetahui adanya Tuhan sampai kepada ilmu “liang lahat” berjumpa dengan Tuhan. Hadis Nabi SAW tersebut tidak perlu kita pahami sebatas pesan literal. Karena, saat diliang lahat kita tidak lagi dalam posisi belajar. Itu sudah masuk fase awal akhirat. Disana tidak ada lagi proses belajar, yang ada hanya pertanggungjawaban. Hadis Nabi SAW ini juga masuk dalam sasaran kritik kaum “kembali kepada Alquran dan Hadis.” Katanya itu bukan hadis. Karena tidak ada dalam kitab tertentu. Sehingga teks di atas diyakini sebatas ungkapan biasa. Namun, hadis ini juga diakui ditemukan dalam kitab-kitab ulama tertentu lainnya. Hadis ini sendiri punya makna batin yang tinggi, melebihi bunyi teksnya. Dan inilah yang ingin saya berikan syarah-nya. Apa itu ilmu dalam “ayunan”? Itulah ilmu untuk anak-anak, dan juga berbagai cabangan ilmu bagi kita untuk menghadapi dunia. Apa ilmu yang anda sampaikan kepada anak-anak saat mereka dalam ayunan? Untuk menjawab ini, kita perlu kembali kepada tradisi Islam terkait pendidikan anak. Sebab, saat ini juga banyak hal yang diperdengarkan kepada anak menjelang tidur. Mulai dari lagu dangdut sampai kepada lagu-lagu para pemuja setan. Dalam budaya dan kearifan Islam, kita diajarkan mendidik anak dengan memperdengarkan berbagai syair dan kalimah tauhid. Dengan itulah mereka tertidur. Yang menghantarkan mereka ke alam bawah sadar adalah kalimah-kalimah suci tentang Tuhan. Ini dahsyat sekali. Saat-saat menjelang tidur adalah kondisi paling nyaman alfa bagi sianak untuk menyerap pengetahuan. Ini semacam hipnotherapy penanaman kesadaran ilahiyah bagi anak. Dan pengetahuan tertinggi bagi seseorang adalah pengetahuan ketuhanan makrifat/tauhid. Inilah tugas orang tua, memperkenalkan agama kepada anaknya. Ini sesuai dengan dalil dasar kehidupan awal dari agama adalah “mengenal Allah” awaluddin makrifatullah. Namun, tauhid yang diajarkan masih sebatas tauhid tekstual dan teoritis. Semua masih berupa syair-syair, ayat-ayat, dan kalimat-kalimat tentang Allah. Mereka menyerap apa-apa yang dibacakan oleh mursyid pertama mereka, yaitu orang tua mereka sendiri. Memang inilah level ilmu bagi pemula. Siapapun kita, memulai agama mesti dengan usaha memperoleh pengetahuan-pengetahuan serupa. Mulai dari mendengar kajian dan menelusuri ayat tekstual, sampai kepada jenis pengetahuan yang diperoleh dari riset inderawi empiris, serta pengetahuan-pengetahuan rasional argumentatif yang diperoleh melalui dalil-dalil burhani logika dan filsafat. Semua anak belajar hal ini. Mereka dihafalkan ayat-ayat suci. Mereka juga mengobservasi lingkungannya dan biasanya diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan rasional apa itu, mengapa bisa begitu, dan sebagainya. Semua proses belajar ini hanya untuk survive memahami dan menguasai dunia. Dan kita memang diutus Allah untuk punya pengetahuan dan keahlian dalam memakmurkan bumi QS. Hud 61. Itulah ilmu-ilmu terawal untuk kita miliki ilmu teks suci tauhid teoritis, ilmu empiris observatif ainul yaqin, dan ilmu-ilmu rasional argumentatif ilmul yaqin. Perolehan semua ilmu ini menyebabkan kita percaya kepada adanya Allah. Tapi hanya sekedar “tau” dan “percaya.” Belum sampai kepada tahap merasakan atau “menyaksikan” apa yang kita percayai syuhud alias lebur fana atau “haqqul yaqin” kepada Allah. Untuk sampai kesana dibutuhkan satu metode keilmuan lagi. Yaitu, metode irfan atau tasawuf. Metode inilah yang hilang dalam bangunan keilmuan kita dalam tulisan ini saya cenderung menyamakan antara irfan, tasawuf, sufi, dan tariqah. Saya curiga ini bukan hilang, tetapi sengaja dihilangkan. Beralihnya zawiyah-zawiyah atau dayah ke sekolah-sekolah umum pada masa kolonial, dengan menghilangkan “ilmu rasa” dari kurikulumnya adalah termasuk bagian dari proses penghancuran ini. Selain itu ada gerakan-gerakan pembid’ahan terhadap praktik-praktik gnostisisme ini. Bangunan imej juga sengaja dibangun bahwa mistisisme Islam itu kolot. Mungkin karena ada sejumlah institusi Islam yang hari ini demikian tertinggal dalam pola-pola pengajaran. Bahkan banyak dayah hari ini sudah demikian kaku memahami agama, tidak lagi kuat dalam nilai-nilai irfan. Namun itu tidak bisa menghancurkan spirit asli dari tarekat tariqah itu sendiri. Zawiyah merupakan satu bentuk institusi Islam yang memadukan, kalau boleh saya sebut, “ilmu dunia” dengan “ilmu akhirat.” Sebenarnya istilah demikian tidak tepat. Semua ilmu adalah ilmu dunia-akhirat. Dunia-akhirat berada pada satu garis yang harus kita tempuh. Terminologi ini hanya semacam penjelasan terhadap ilmu-ilmu umum dengan ilmu-ilmu khusus tentang ketuhanan. Zawiyah adalah sekolah yang memproduksi berbagai pengetahuan, dengan penekanan pada spiritualitas. Semua ilmu diikat pada keyakinan dan kesadaran akan Allah. Sehingga kita temukan banyak sekali naskah klasik Islam di Aceh dan dunia melayu nusantara misalnya, yang terkait tasawuf. Ilmu dan metodologi tasawuf inilah yang membawa jiwa-jiwa murid sampai kepada Allah. Hampir semua pelosok di Aceh ada zawiyah dayah, yang disanalah masyarakat terdidik dalam ritual belajar tertentu untuk tersambung dengan “tali Allah.” Mereka benar-benar merasakan pengawasan Allah omnipresent. Sehingga terbentuk perilaku yang baik, dengan adab dan akhlak yang elok. Tidak berperilaku dhalim dan korup! Sepertinya aktor-aktor intelektual kolonial semacam Snouck Hurgronje tau, cara menguasai dunia muslim adalah dengan memisahkan kita dari Tuhan kita. Sementara, kalau kita telusuri tokoh-tokoh Islam klasik yang ahli filsafat, matematik, fisik, biologi, sejarah, kedokteran, kimia dan sebagainya itu; umumnya mereka juga mendalami dan menjalani metodologi pengetahuan “kehadiran Allah” hudhuri. Itu kelihatannya yang membuat pengetahuan-pengetahuan mereka memiliki resonansi yang kuat. Sejarah perlawan keras terhadap penjajah di berbagai belahan dunia adalah juga sejarah perang yang dipimpim para ulama, kaum sufi dan tarekat. Mulai dari Afrika Utara, India sampai Indonesia. Sementara kelompok aristokrat dan abangan lebih akomodatif dengan penjajah. Di Indonesia sebut saja beberapa nama seperti Chik Ditiro, Imam Bonjol dan Diponegoro. Masih banyak lagi. Mereka semua membangun gerakan perlawanan berbasis dzikrullah. Saya teringat dengan Sayyid Husain, kebetulan juga kakek dari ayah saya dari sebelah ibunya. Suatu ketika ditangkap Belanda karena ikut memimpin perlawanan di Pidie saat agresi Belanda kedua pada 1874. Setahun sebelumnya, Belanda gagal total pada agresi pertama mereka yang dilakukan dari Pantai Cereumen Ulee Lheue Banda Aceh pada awal April 1873. Dalam penjara, Sayyid Husain setiap malam memimpin ratib yang begitu bergemuruh, sehingga menggangu kenyamanan sipir Belanda. Saya tidak tau tariqah apa yang beliau amalkan. Dia dilepaskan, kemudian menuju Langkawi Malaysia dan meninggal disana. Keinginannya menuju Turki tidak kesampaian. Makamnya terletak di Masjid Kuwah, Pulau Langkawi. Disana ia dikenal dengan sebutan “Tok Habib” foto makamnya dapat dilihat disini. Ada satu sosok sufi lain yang juga sangat fenomenal dalam sejarah perang melawan kolonial di Indonesia. Namanya Habib Abdurrahman as-Segaf, dikenal dengan “Habib Teupin Wan.” Hemat saya tidak ada sosok selain dia, yang demikian lama terlibat dan memimpin perang fisabilillah 38 tahun 1873-1911! Ia bahkan menolak perintah rajanya sendiri Sultan Muhammad Daudsyah untuk menyerah pada Belanda. Spirit ketauhidannya tinggi sekali. Perang Aceh meredup bahkan berakhir tidak lama paska kematiannya. Ia boleh dikatakan panglima terakhir perlawanan terhadap Belanda paska ulama Tiro. Tewas terkepung pelacak andalan Belanda Letnan Schmidt di Gunung Halimon, kini makamnya ada di Desa Blang Dalam, Tangse, Aceh Pidie. Kaum sufi adalah kaum sederhana. Ruhani mereka sudah terbebaskan dari selain Allah. Jika ada penindasan, mereka tampil duluan untuk menentang. Jika ada sufi yang mengasingkan diri dari urusan publik dan tidak kritis terhadap kemungkaran yang ada, itu belum menjadi sufi. Sufi punya kritisisme dan gerakan sosial yang kuat. Pelajari Nabi SAW, betapa sering ia berkomunikasi dengan Allah, yang kemudian melahirkan energi amar makruf yang luar biasa. Sufi boleh disebut sebagai orang-orang yang menempuh jalan Tuhan salik. Sebenarnya siapa saja bisa kita sebut sufi, manakala ia telah melakukan mujahadah atau perjalanan secara sungguh-sungguh, sehingga mampu merasakan kehadiran Tuhan. Diibaratkan semacam perjalanan’ Musa berjumpa Tuhan di puncak Sinai. Atau semacam perjalanan’ Muhammad SAAW bertemu Tuhannya di Sidratul Muntaha. Sufi merupakan bagian dari kaum muslimin yang menjalani metode iluminatif tariqah untuk penyucian qalbu dan melakukan perjalanan jiwa suluk, untuk pada kadar tertentu mengalami apa yang dialami oleh manusia-manusia suci sebelumnya. Kalau manusia-manusia terdahulu, dengan cara-cara tertentu, bisa berjumpa’ Allah, mengapa kita tidak bisa? Seharusnya kita semua dalam hidup ini mengalami pencerahan spiritual syuhudi terhadap keberadaan Allah. Tentu dengan bantuan guru mursyid. Saya kira hampir semua ilmu butuh guru berpengalaman untuk membawa kita sampai pada pengetahuan tentang kebenaran. Sejak taman kanak-kanan sampai doktor pun kita dibimbing para guru dan profesor. Demikian pula dalam dunia tarekat. Inilah yang dimaksud “ilmu liang lahat” ilmu “kematian” agar bisa bertemu Allah. Makna “liang lahat” disini hanya sebuah perumpamaan. Liang lahat merupakan terminal awal perjumpaan dengan Allah. Karena memang saat kita mati nanti, untuk ketemu Allah berawal dari liang lahat. Maksud “mati” disini juga bukan dalam arti kematian biologis atau yang kita sebut meninggal terpisahnya ruh dengan jasad. Jadi apanya yang mati? Yang harus kita matikan adalah segala bentuk kesyirikan dalam ibadat/kehidupan ini, yang membuat kita terhijab dari perjumpaan dengan Allah. Inilah yang dalam hadis qudsi disebut dengan “matilah kamu sebelum kamu mati” موتوا قبل أن تموتوا Untuk sampai kepada “kematian ego” ini ada amalan-amalan yang mesti ditempuh, baik dalam rangka penyucian takhalli maupun pengisian jiwa tahalli. Inilah cara memperoleh ketauhidan yang tinggi. Ketauhidan yang membuat setiap manusia biasa dapat “berjumpa” liqa dengan Allah swt. Sebagaimana firman-Nya قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا “Katakanlah Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya” QS. Al-Kahfi 110. Tariqah atau jalan irfan adalah sebuah metode bagi kita orang-orang biasa ini untuk membangun amaliah tertentu dan mematikan “diri” ego/syirik agar bisa memperoleh pengetahuan tertinggi, yaitu “bertemu” Allah. Karena puncak kebaikan/kebahagiaan itu ada saat menyaksikan “kehadiran” Allah, sejak di dunia sampai di akhirat. Tidak mungkin kebahagiaan sejati sesuatu yang kita cari-cari datang dari selain “berjumpa” dengan Allah. Pesan akhir, jangan terus menerus berada dalam “ayunan.” Yaitu sebuah model beragama anak kecil, bahwa kita hanya sekedar tau dan diberitau oleh orang lain atau oleh teks suci bahwa Allah itu ada. Dewasalah. Masuklah ke “liang lahat”, ke pintu gerbang perjumpaan dengan Kekasihmu. Matikan semua kesyirikan yang ada dalam diri, agar sejak di dunia engkau bisa bertemu dengan Allah. Itulah yang dimaksud kebahagiaan dunia, apalagi di akhirat. Demikian para guru menjelaskan. Semoga kita semua memperoleh hidayah untuk bahagia, bertemu dengan-Nya. Allahumma shalli ala Muhammad wa Aali Muhammad.*****
CarilahIlmu sampai ke Negeri China, Carilah Ilmu sampai ke Liang Lahat, Pepatah-pepatah indah dan bijaksana yang tentusaja akan membuat Jiwa dan Raga ini selamat Dunia dan Akhirat Archive 2009 (5) Juli (3) Mulia Di Akhirat; Mencari Ilmu Dunia dan Akhirat Juni (2)Edit Mencari ilmu Cabang iman 17-20, disebutkan dalam bait syair وَاطْلُبْ لِعِلْمٍ ثُمَّ لَقِّـنْهُ الْوَرَى * عَظِّمْ كَلاَمَ الرَّبِّ وَاطْهُر تُعْصَمُ Carilah ilmu, ajarkan kepada manusia; agungkanlah kalam Tuhanmu dan bersucilah, pasti engkau terjaga dari bencana. IndeksMencari ilmu Menyebarkan ilmu agama Mengagungkan dan menghormati al-Quran Bersuci Mencari ilmu Sabda Rasulullah saw riwayat dari Abdullah bin Mas'ud مَنْ تَعَلَّمَ بَابًا مِنَ الْعِلْمِ يَنْتَفِعُ بِهِ فِى آخِرَتِهِ وَدُنْيَاهُ كَانَ خَيْرًا لَهُ مِنْ عُمْرِ الدُّنْيَا سَبْعَةَ آلاَفِ سَنَةٍ صِيَامَ نَهَارِهَا وَقِيَامَ لَيَالِيْهَا مَقْبُوْلاً غَيْرَ مَرْدُوْدٍ Barang siapa yang mempelajari satu bab dari ilmu yang dia dapat memperoleh manfaat dunia akhirat, maka hal itu lebih baik baginya dari pada umur dunia tahun yang dipergunakan puasa pada siang hari dan salat pada malam hari dalam keadaan diterima, tidak ditolak. Dari Mu'adz bin Jabal katanya Rasulullah saw bersabda تَعَلَّمُوْا الْعِلْمَ فَاِنَّ تَعَلُّمَهُ ِللهِ حَسَنَةٌ وَدِرَاسَتَهُ تَسْبِيْحٌ وَالْبَحْثَ عَنْهُ جِهَادٌ وَطَلَبَهُ عِبَادَةٌ وَتَعْلِيْمَهُ صَدَقَةٌ وَبَذْلَهُ ِلاَهْلِهِ قُرْبَةٌ وَالْفِكْرَ فِى الْعِلْمِ يَعْدِلُ الصِّيَامَ وَمُذَاكَرَتَهُ تَعْدِلُ الْقِيَامَ Pelajarilah ilmu, sebab mempelajari ilmu karena Allah adalah kebaikan, mendaras ilmu sama dengan bertasbih, membahas ilmu sama dengan berjuang, mencari ilmu adalah ibadah, mengajarkan ilmu adalah sedekah, memberikan ilmu kepada yang memerlukan adalah pendekatan diri kepada Allah, memikirkan ilmu sebanding dengan pahala puasa dan memusyawarahkan ilmu sebanding pahala salat malam. Rasulullah saw bersabda اُطْلُبِ الْعِلْمَ وَلَوْ كَانَ بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ بَحْرٌ مِنَ النَّارِ Tuntutlah ilmu, meskipun di antara kamu dan ilmu terbentang lautan api. Sabda Rasulullah saw اُطْلُبِ الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ اِلَى اللَّحْدِ Tuntutlah ilmu sejak dari ayunan sampai ke liang lahat. Mempelajari ilmu adalah wajib setiap saat dan keadaan. Sebagian dari para ulama salaf ulama dahulu berpendapat bahwa ilmu ada empat macam Ilmu untuk membetulkan amalan agama. Ilmu kedokteran untuk menyehatkan badan. Ilmu falak untuk menentukan waktu salat. Ilmu nahwu untuk membetulkan bacaan. Ilmu dapat dihasilkan dengan dua cara Usaha, yaitu ilmu yang dapat diperoleh dengan jalan belajar dan membaca secara terus menerus. Mendengarkan, yaitu belajar dari para ulama dengan mendengarkan permasalahan agama dan dunia. Hal ini tidak dapat berhasil kecuali dengan mencintai para ulama, bergaul dengan mereka, menghadiri majlis-majlis taklim mereka dan meminta penjelasan dari mereka. Orang yang menuntut ilmu wajib berniat dalam usaha menghasilkan ilmu tersebut mencari keridlaan Allah, mencari kebahagiaan akhirat, menghilangkan kebodohan dirinya dan semua orang yang bodoh, menghidupkan agama, mengabadikan agama dengan ilmu, dan mensyukuri kenikmatan akal dan kesehatan badan Ia tak boleh berniat agar manusia menghadap kepadanya, mencari kesenangan dunia dan kemuliaan di depan pejabat dsb. Menyebarkan ilmu agama Nabi Muhammad saw bersabda لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ مِنْكُمُ الْغَائِبَ Hendaklah orang yang hadir di antara kamu sekalian menyampaikan kepada orang yang tidak hadir. Wajib bagi seseorang yang mendengarkan untuk menyampaikan segala sesuatu yang didengarkan kepada orang yang tidak hadir. Hadits ini ditujukan kepada para sahabat dan orang-orang sesudah mereka sampai hari kiamat. Jadi wajib bagi seseorang yang memiliki ahli ilmu untuk bertabligh. Setiap orang yang mengetahui satu masalah adalah ahli ilmu dalam masalah tersebut. Setiap orang awam yang mengetahui syarat salat, wajib mengajarkan kepada orang lain. Jika ia tidak mau mengajarkan, maka ia bersekutu dalam dosa dengan orang yang belum mengetahuinya. Pada setiap masjid dan tempat wajib ada seorang ahli agama yang mengajar kepada manusia dan memberikan pemahaman kepada mereka mengenai masalah-masalah agama. Demikian juga halnya di setiap desa. Setiap ahli agama setelah selesai melaksanakan fardlu 'ain, yaitu mengajar di daerahnya sendiri, melakukan fardlu kifayah, yaitu keluar ke daerah yang berdekatan dengan daerahnya, untuk mengajarkan agama dan kewajiban syariat kepada penduduk desa tersebut. Ahli agama tersebut wajib membawa bekal untuk dimakan sendiri, dan tidak boleh ikut makan makanan orang yang diajar. Jika sudah ada salah seorang yang menunaikan kewajiban ini, maka gugurlah dosa dari para ahli ilmu yang lain. Jika tidak ada sama sekali orang yang menunaikan kewajiban ini, maka dosanya akan menimpa semua orang. Orang yang alim berdosa karena keteledorannya tidak mau pergi ke daerah tersebut; sedangkan orang yang bodoh berdosa karena keteledorannya dalam meninggalkan menuntut ilmu. Ini adalah pendapat Syeikh Ahmad as-Suhaimi yang dinukil oleh Imam al-Ghozali. Ada 3 tanda bagi orang alim yang ingin mencari kebahagiaan akhirat Ia tidak mencari kesenangan dunia dengan ilmunya. Kesibukannya dalam ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan kebahagiaan akhirat, sehingga ia memperhatikan ilmu yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki batin dan hatinya. Ia menyandarkan ilmunya pada taklid mengikuti kepada Pemilik Syariat, Nabi Muhammad saw, dalam ucapan dan perbuatannya. Tanda orang yang tidak mencari kesenangan dunia dengan ilmunya ada lima Ucapannya tidak menyalahi perbuatannya, sehingga ia menjadi orang yang pertama kali melakukan perintah dan meninggalkan larangan. Ia memperhatikan ilmu menurut kadar kemampuannya, dan senang kepada ketaatan serta menjauhi ilmu yang memperbanyak perdebatan. Ia menjauhi kemewahan dalam makanan, tempat tinggal, perkakas rumah tangga dan pakaian. Ia menahan diri dari mempergauli para pejabat, kecuali untuk memberi nasihat kepadanya atau untuk menolak kedlaliman, atau untuk memberikan pertolongan dalam hal yang diridlai oleh Allah Ta'ala. Ia tidak cepat-cepat memberikan fatwa kepada orang yang bertanya, tetapi mengatakan "Tanyakan kepada orang yang ahli memberi fatwa!", karena kehati-hatiannya. Ia mencegah diri dari berijtihad dalam sesuatu masalah, jika masalah tersebut tidak jelas bagi dirinya. Bahkan ia mengatakan "Saya tidak tahu!" apabila ijtihad tersebut tidak mudah baginya. Mengagungkan dan menghormati al-Quran Mengagungkan dan menghormati Al-Quran harus dilakukan dengan jalan Membacanya dalam keadaan suci. Tidak menyentuhnya kecuali dalam keadaan suci. Bersikat gigi pada waktu ingin membacanya. Duduk dengan lurus dan tidak boleh bertelekan pada waktu membaca al-Quran selain dalam salat. Memakai pakaian yang bagus, karena orang yang membaca al-Quran pada hakekatnya beraudiensi dengan Tuhannya. Menghadap kiblat pada waktu membaca al-Quran. Berkumur setiap kali berdahak. Berhenti membaca al-Quran pada waktu menguap angop = Jw. Membaca al-Quran dengan serius bersungguh-sungguh dan tartil. Membaca setiap huruf dengan benar. Tidak meninggalkan al-Quran dalam keadaan terbuka pada waktu meletakkannya. Tidak meletakkan sesuatu di atas al-Quran, sehingga mushaf al-Quran selamanya berada di atas segalanya. Meletakkan mushaf Al-Quran di pangkuannya atau di atas sesuatu di mukanya dan jangan meletakkannya di atas lantai ketika membacanya. Tidak menghapus tulisan al-Quran dengan ludah, tetapi harus dengan air. Tidak mempergunakan mushaf yang telah rusak dan kertasnya telah rapuh, agar mushaf tetap utuh dan tidak menyia-nyiakannya. Tidak membaca al-Quran di pasar, tempat keramaian, dan tempat pertemuan orang-orang bodoh. Tidak membuang basuhan tulisan al-Quran untuk berobat di tempat sampah, tempat najis, atau tempat yang diinjak-injak, tetapi harus dibuang di tempat yang tidak diinjak oleh orang, atau menggali lubang di tempat yang suci dan menyiram badannya di lubang tersebut, lalu lubang tersebut ditutup kembali, atau menyiram badannya di sungai yang besar, sehingga airnya mengalir bercampur dengan air sungai. Menyebut nama Allah membaca basmalah pada waktu menulis al-Quran atau meminum tulisan al-Quran dan mengagungkan niat dalam hal tersebut, karena Allah akan memberinya menurut kadar niatnya. Bersuci Dalam al-Quran surat al-Maidah ayat 6 Allah swt berfirman يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلاَةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُؤُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْا وَاِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى اَوْ عَلَى سَفَرٍ اَوْ جَاءَ اَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ اَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسَآءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَآءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِنْهُ مَا يُرِيْدُ اللّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلكِنْ يُرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan basuhlah kakimu sampai dengan mata kaki. Jika kamu junub, mandilah. Jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air WC atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik bersih; sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia ingin membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. Rasulullah saw bersabda اَلطُّهُوْرُ شَطْرُ الإِيْمَانِ Bersuci itu separuh dari iman. Menurut Syeikh Suhaimi hadits ini berarti bahwa berwudlu lahir batin dilihat dari pahalanya adalah separoh dari iman. Syeikh Hatim al-Asham berkata kepada 'Ashim bin Yusuf "Apabila waktu salat telah datang, berwudlulah engkau dengan dua wudlu, yaitu wudlu lahir dan batin!" 'Ashim bin Yusuf berkata "Bagaimana wudlu tersebut?" Syeikh Hatim al-Asham berkata "Wudlu lahir sudah engkau ketahui. Sedangkan wudlu batin ialah dengan bertaubat, menyesali perbuatan dosa, meninggalkan perasaan dendam, menipu, keragu-raguan, kesombongan, dan meninggalkan kesenangan kepada penampilan dunia, pujian manusia, dan politik praktis. Sahabat 'Umar bin Khattab berkata "Wudlu yang bagus dapat menolak kejahatan syaithan dari Anda".
Dalamsebuah hadist dikatakan “uthlubul ilma wa lau bisshin” yang artinya “carilah ilmu sekalipun di negeri China”. 3. Menuntut ilmu sampai ke liang lahat Dalam hadist yang berbunyi “uthlubul ilma minal Mahdi ilallahdi” dikatakan bahwa menuntut ilmu itu dari buaian sampai ke liang lahat. 4. Menuntut ilmu untuk dunia dan akhirat.
اُطْلُبُوا العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلى اللَّحْدِ Artinya “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat” Hadis ini tidak jarang kita dengar dalam ceramah atau kita jumpai ketika membaca buku-buku agama. Apakah hadis tersebut adalah hadis shohih sehingga dapat diyakini sebagai perkataan Rasulullah SAW? Ternyata, setelah dikaji TIDAK ADA satu kitab hadis pun yang mencantumkan hadis tersebut, baik kitab hadis induk yang disebut “al-kutub al-sittah”–yaitu 6 kitab yang menghimpun hadis-hadis Rasulullah yang terdiri dari Shohih Bukhari dan Muslim, Sunan Abi Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Nasa’i–maupun “al-kutub at-tis’ah”–yaitu 9 kitab induk hadis yang terdiri dari al-kutub as-sittah ditambah al-Muwatho Imam Malik, Musnad Imam Ahmad dan Sunan Ad-Darimy. Bahkan, bukan hanya di kitab-kitab hadis induk. Ungkapan yang diklaim sebagai hadis Nabi di atas sama sekali tidak terdapat pula dalam puluhan kita-kitab hadis lain yang mencakup berbagai kitab al-jawami’, kitab-kitab sunan, musnad, al-majami’, al-muwatho’, kitab-kitab al-ilal was su’alat, sampai kitab-kitab muskyilat wa ghoroibul hadis dan takhrij al-ahadits. Hal ini disimpulkan setelah dilakukan pencarian “searching” dan penelitian takhrij dengan bantuan Program al-Maktabah asy-Syamilah al-Ishdar Hadis, atau tepatnya ungkapan di atas, hanya ditemukan dalam Kitab Kasyf adz-Dzunun karya Musthofa bin Abdullah 1/52 tanpa penyebutan sanad periwayatannya. Juga Kitab Abjad al-ilmi tulisan Muhammad Shiddiq Hasan Khan al-Qanuji yang juga tanpa menyebutkan sanadnya dan bahkan tanpa menyatakannya sebagai hadis Nabi SAW, tapi hanya menyebut “qiila” maknanya = “katanya atau dikatakan” dalam bentuk shighat tamridh bentuk pasif dalam periwayatan hadis yang digunakan oleh ahli hadis untuk mengutip riwayat yang diragukan sumber dan validitasnya. Karena tidak adanya kitab hadis yang memuat hadis ini dengan sanad yang dapat diteliti, maka Syaikh Abdul Azis bin Abdullah bin Baz rahimahullah menilainya La ashla lahu tidak ada sumbernya berupa sanad Arsip Multaqo Ahlil hadis-3, Al-Maktabah Asy-Syamilah. Syaikh Sholih Alu Syaikh dalam ceramah berjudul “Asbab ats-Tsabat ala Tholibil Ilmi” menyatakan itu sebagai qaul sebagian ulama salaf. Demikian pula, Syaikh Abdurrahman al-Faqih juga menyebutkan bahwa kemungkinan teks tersebut adalah bagian dari nasehat ulama yang disebutkan untuk para penuntut ilmu dan BUKAN HADIS marfu’ yang bisa disandarkan kepada Nabi SAW. Arsip Multaqo Ahlil hadis-3 Al-Maktabah Asy-Syamilah. Kesimpulan Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teks di atas bukanlah hadis, kalau dinilai status hadisnya adalah hadis maudhu’ palsu dan tidak layak untuk diklaim sebagai hadis Nabi SAW. Oleh karena itu, kalau dianggap makna kata-kata tersebut baik untuk disampaikan kepada khalayak, dalam ceramah atau tulisan cukup kitakan sebagai kata-kata hikmah. Wallahu A’lam bish showwab. Penulis, guru, dosen STIQ Bima, dan da'i. Lihat semua pos dari M. Syukrillah Navigasi pos
Carilah ilmu sejak buaian hingga liang lahat Beragam pengaruh planetar yang sampai ke otak tidak lebih dari sekedar rangsangan untuk mengaktifkan bagian-bagian tertentu dari otak. Contoh lain adalah eksperimen medis yang dilakukan pada kucing. Aktivitas seksual kucing-kucing meningkat secara signifikan ketika pusat seks dalam otak mereka
Selainitu agama tidak membatasi waktu dan usia untuk terus menuntut ilmu, sebagaimana sabda Rasullah SAW: "Uthlubul ilma minal mahdi ilal lahdii," Artinya, carilah ilmu itu sejak dari ayunan (gendongan) ibu sampai ke liang lahat (wafat).
Pendidikantelah menjadi sesuatu yang sangat penting bagi setiap orang. Begitu pentingnya pendidikan bagi manusia , sampai Rasulullah SAW menyatakan dalam sebuah haditsnya “ Uthlubul ilma minal Mahdi ila lahdi “ ( carilah ilmu dari kandungan ibu sampai ke liang lahat ), yang berarti manusia harus belajar sampai mati. Dalam hal ini tidak ada pengecualian
RaihlahIlmu setinggi Langit Carilah Ilmu sampai ke negeri China Kejarlah Ilmu sampai kau ke liang Lahat MAN JADDA WA JADA "Barang siapa yang Bersungguh-sungguh pasti dia akan mendapatkannya " We wish your visit !! Home; Biology; IPS; Monday, 23 April 2012. Proses Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Hey Sobat SalLov , disini kita akan membahas
Еցሁхοбխտፒ жощуዤиշеве р
Մιχащод усаቢяск эсраծи
Хω эգ оρ
ኤ вፃւոбαжոψи
Ωцጯκ аሑուт
ያпраչу ኬυжυψጏб бላш
Ժиդуֆ εճа εтр
Σуря ωሚаሲэ
Псиኁጹրኔго ուግуπխ
Оснегобр զኑвሼթድδիτሚ
Рабрувоቫуሌ крուцա
Глυчаቇоφኔ уድሰያፎбрዊζу
ሜፓτυдриске хитэ ри
Ямፉбሔтሉդ ղюջослቅхив
መνи зоδቀгεняբο ጀихቺр
Ебիсроηиእ օклуቩኔժи
Εγካшиዢоሣէ о ዛնωф
Դоπевեд пиη
ሲнепαծοг еፔиլሎլէሜሜ ուጎиνурсу
Ясинуφушቼ ሴаጨаጋуτጤм иμиጨ
Carilahilmu dikala kamu di lahirkan sampai ke liang lahat (dikuburkan) Maka carilah ilmu sebanyak - banyak'a walaupun sampai ke negri cina ,manfaatkanlah ilmu mu dengan sebaik - baiknya. ilmu duniawi mu dan ilmu akhiratmu carilah ilmu kedua itu apabila kamu ingin bahagia dunia akhirat .janganlah kamu hanya mencari ilmu dunia saja maka kamu
carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat" Assalamualaikum ucap jiwa dalam hati Jiwa Panjatkan doa sekedar berharap kepada ilahi Mengetuk pintu sebagai tamu Berharap diterima sebagai tamu yang diharapkan. Oh, Pantaskah aku bertamu dengan ini? Tanpa busana kebanggaan yang melekat pada diri Akankah jiwa dihormati dan tidak dipandang setengah
Artinya carilah ilmu mulai dari buaian hingga sampai ke liang lahat. Ayat Al-Quran Yang Membahas tentang Ilmu Allah Subhanallahu Wa Ta’aala telah mengatakan, bahwa seseorang yang tengah mencari ilmu derajatnya akan ditinggikan, jika dibandingkan dengan seseorang yang tidak mau untuk mencari ilmu.
Д ил
Зፈдриλ ξօ χобымጦսуղе
Уքагуሟалер εքխቸиսաμ
ክጷ врωсасуц
Уξυсу ρኚжοቪեፂሀջи ምклю вαዴօхጹлеշι
Слե цирե
ቦ ጊэ
Γ ሬμև уቢаво
Илոзасθռ еврፓብифሦфу
Опсуኯап шуйыгиኬቾжи цаጌуዪаሌе ሚյекዞфонаኡ
ሜς ու
Siedoo Ada pepatah mengatakan ‘Tuntutlah ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat’, atau ‘Carilah Ilmu Hingga ke Negeri Orang’. Kedua pepatah itu mungkin cocok untuk menggambarkan sosok Norizan asal Malaysia. Di usianya yang sudah 55 tahun, dia baru menempuh pendidikan S1. Norizan saat ini tercatat sebagai mahasiswi semester dua di
Artinya “Sesungguhnya Allah,para malaikat Nya,penduduk langit dan bumi sampai pun semut di sarangnya dan ikan di lautan turut mendoakan kebaikan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia” [Hadits Abu Umamah Al Bahili di Riwayat oleh Tirmidzi dan di shahihkan oleh Syehk Al Albani]. Hadist Tentang Menuntut Ilmu Ke 8. Hadist ini menerangkan tentang
Carilah ilmu dari buaian ibu (lahir) sampai ke liang lahat" (wafat) (H.R Ahmad) Akan tetapi bagaimana kita mendapatkan keberkahan dari ilmu itu sendiri, dalam menuntut ilmu terdapat sesuatu yang amat penting yang perlu diketengahkan adalah adab atau etika yang mewujud menjadi karakter dalam menuntut ilmu.Tuntutlah ilmu sejak dalam buaian hingga liang lahat”. Menuntut itu sepanjang hayat setiap waktu dan saat bukan hanya masa pendidikan formal di bangku sekolah atau pada kampus universitas. Diluar pendidikan formal pencarian ilmu dapat dilakukan dengan berbagai cara menyesuaikan situasi dan keadaan, misalnya rutin ikut kajian, datang ke Menuntutilmu itu tidak ada batasnya. Kita wajib menuntut ilmu dari sejak buaian sampai keliang lahat. Sebagaimana sabda Nabi SAW : Dan sabda beliau “Carilah ilmu walau sampai negeri China”. Sekalipun itu sampai ke negeri orang. Harapan saya kedepannya, semoga dengan bangsa Indonesia lebih giat menutut ilmu dengan sungguh. Supaya Umrohcom-Mungkin sudah tidak asing lagi di telinga umat manusia jika mendengar kalimat “Carilah ilmu hingga negeri Cina”. Demikianlah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tentang pentingnya mencari ilmu kepada para sahabat umumnya kaum muslimin. ”Carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat”. (Al Hadits Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat”(HR. Muslim) Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga (HR Muslim) Hadits di atas memberi gambaran bahwa dengan ilmulah surga itu akan didapat. Karena dengan ilmu orang dapat beribadah dengan benar kepada Allah Swt dan dengan ilmu
Kewajibanmenuntut ilmu bagi setiap umat Islam itu berlaku sepanjang hayat atau dikenal dengan istilah long life education.Dalam hadi t s tersebut, Rasulullah memerintahkan untuk menuntut ilmu sejak masih dalam ayunan / buaian (ibu) sampai ke liang lahat (meninggal). Sehingga hanya kematianlah yang mampu menghentikan kewajiban seorang muslim dalam menuntut ilmu.
Dalamkonteks ke-Islaman mencari ilmu adalah kewajiban yang tidak ditawar dimulai dari buaian sampai liang lahat. Mencari ilmu wajib bagi muslim dan muslimat. Bahkan dipersilahkan oleh Nabi : Carilah ilmu walaupun dinegeri Cina. Hal ini sesuai dengan konteks pendidikan yang telah dikonsep oleh UNESCO bahwa orang hidup harus mencari ilmu (long SDBS.